Diecast; Hobi, Koleksi dan Investasi

Diecast; Hobi, Koleksi dan Investasi

Validnews.id | 21 Januari 2020 |

 Permintaan mainan klasik, mulai tren kembali sejak dua tahun belakangan ini. Die-cast berbentuk kendaraan dan action figure klasik dan langka menjadi item yang diburu.

JAKARTA – Ratusan, kurang lebihnya sekitar 600 mobil beragam jenis, ditata rapi oleh pemiliknya Ade Bayu Indra (39), di rumahnya di Bandung, Jawa Barat. Pewarta foto sebuah media di Kota Bandung itu memang sudah lama punya hobi koleksi mobil.

Jangan salah, bukan mobil sungguhan yang Ade koleksi, melainkan ratusan mobil miniatur atau die-cast yang dikumpulkannya bertahun-tahun.

"Memang senang melihat die-cast dari dulu. Meskipun berbagai macam jenis mobilnya tapi lebih suka mobil yang ada di Indonesia," tutur Ade dihubungi Validnews, Rabu (15/1).

Lebih jauh lagi, Ade mengaku lebih tertarik koleksi miniatur mobil model klasik dibandingkan modern, terlebih yang dapat dilihat langsung wujud aslinya. Ade tak keberatan menebusnya dengan harga yang lebih mahal dibandingkan mobil die-cast jenis lain dari luar negeri

Meskipun harga untuk die-cast jenis ini diakui Ade, jauh lebih mahal dibandingkan die-cast mobil luar negeri. Ia harus merogoh kocek di kisaran Rp50.000 sampai di atas Rp1.000.000 per item. Beragam jenis mobil, seperti Land Rover Defender, Jimny, rupa-rupa mobil hatchback yang beredar. Untuk mobil klasik, beragam merek dari Mitsubishi, Mercy, dan pabrikan lainnya, menjadi koleksi yang disayangnya.

Ade menekuni hobi ini sejak 1996, saat dirinya masih duduk di bangku SMA. Kegemarannya ini sempat terhenti akibat krisis moneter yang melanda Tanah Air pada 1998. "Sempat vakum pada 1998–2000 karena krisis moneter harganya meroket," ucap Ade yang mengaku kebanyakan membeli die-cast mobil klasik pabrikan China.

Uniknya, kepala keluarga ini menyatakan tak pernah menganggarkan duit secara khusus untuk menambah koleksinya. Saat ada die-cast yang menarik minat hati dan harga yang sesuai, baik secara online maupun offline, baru dia akan merogoh kantong. Soal waktupun ia bilang, hobinya ini bisa dilakukan di sela-sela liputan atau jalan-jalan bersama keluarga.

"Bujet untuk koleksi sesuai kemauan, keluarga juga mendukung hobi ini," tambah Ade.

Nah, setelah membeli, hal yang perlu dilakukan diecaster, begitu sebutan bagi kolektor die-cast, adalah merawatnya. Ade sendiri terlihat benar-benar serius menjaga koleksinya. Perhatian khusus dia lakukan dengan menyimpan koleksi tersebut di lemari pajangan untuk menghindari kelembaban dan paparan debu.

"Untuk menghindari debu saya menyimpan koleksi ini di lemari pajangan, meskipun begitu harus tetap dibersihkan, walaupun hanya sesekali," saran Ade.

Tertular
Pengalaman menjadi kolektor juga dituturkan Firman Ardiansyah (45), pemilik usaha bimbingan belajar di Kabupaten Bogor. Kolektor die-cast kendaraan dan action figure klasik, khususnya tema militer ini mengaku, awal mulanya tertarik mainan jenis ini setelah sering menonton film militer pada 1995.

"Setelah menonton film seperti Independence Day 1 yang didominasi pertempuran udara, sejak itu suka pesawat tempur," kata Firman dihubungi Validnews, Kamis (16/1).

Selain pesawat tempur, dirinya terkesan dengan kendaraan darat milik militer, yakni mobil militer, panser, sampai tank. "Kendaraan militer itu bentuknya unik-unik, jadi suka," sambungnya.

Firman menceritakan mulai serius mengumpulkan mainan ini sejak 2007. Hingga saat ini, sudah ada sekitar 100 item mainan klasik memenuhi lemari khusus di salah satu sudut ruangan rumahnya. Awal mula koleksi hanya membeli produk murah di pusat perbelanjaan modern, dengan kisaran harga Rp15.000–Rp20.000 per item.

"Dulu beli yang murah saja, saat istri belanja di pusat perbelanjaan modern saya selipin satu, biasanya merek murahan, seperti Proengine, Matchbox dan Hot Wheels versi militer," urainya.

Sekarang, koleksi Firman, ada yang berharga di atas Rp1.000.000 per item. Produk mainan ini kebanyakan berasal dari negeri Tirai Bambu dan Jerman.

Bicara tentang perawatan, Firman memberikan tips yang mudah dilakukan. Tak jauh berbeda dengan Ade, Firman juga menyimpan koleksinya di etalase tertutup agar terhindar dari debu.

"Kita membersihkannya dengan memakai sarung tangan, mainannya cukup digosok dengan memakai kain kering tapi jangan terlalu sering," ujarnya.

Sekadar informasi saja, sesuai namanya, die-cast sendiri adalah miniatur benda yang dibuat menggunakan proses diecasting (mencetak dengan logam cair). Sekilas, mainan hasil diecasting memang seperti halnya mainan anak-anak pada umumnya.

Hanya saja, die-cast nyatanya bisa menjadi sebuah investasi yang berangkat dari hobi. Bahkan di beberapa negara ada die-cast yang dilelang dan dibeli dengan harga fantastis untuk ukuran sebuah mainan.

Die-cast kini juga telah menjadi gaya hidup yang tidak memandang usia. Banyak pecinta die-cast yang rela kehilangan banyak uang untuk berburu miniatur ini hingga ke mancanegara.

Nah, untuk mewadahi pecinta miniatur mainan termasuk mainan klasik, Firman pun menjadi pendiri sekaligus Ketua Komunitas Pecinta Mainan Miniatur pada 2012. Tempat berkumpul komunitas mainan ini adalah Perumahan Villa Nusa Indah II di Kabupaten Bogor.

Komunitas ini aktif secara offline maupun online, di Facebook Komunitas Pecinta Mainan Miniatur. Sampai saat ini, ada sekitar 5.000 anggota online dari berbagai daerah.

Komunitas ini memang sengaja dibangun untuk menampung minat orang-orang yang hobi dengan beragam mainan miniatur, baik klasik maupun modern. Mulai dari miniatur mobil, sepeda motor, pesawat, kapal laut, maket rumah, sampai action figure.

"Melalui komunitas ini, terbuka jalan untuk menyalurkan hobi barter koleksi dan jual beli. Dan satu yang terpenting lagi, untuk mempromosikan para perajin miniatur nusantara," tuturnya.


Ladang Bisnis
Para kolektor mainan ini bisa awet menekuni hobinya, meskipun harga mainan yang harus mereka beli tidaklah murah. Buat mereka, harga memang bukan alasan, demi mengejar kepuasan batin.

Apalagi, para kolektor mainan bisa menjual kembali die-cast klasik yang sudah tak diproduksi lagi dengan harga yang cukup tinggi, berlipat dibanding harga belinya dulu. Ade sendiri mengaku, sejak 2011 selain mengoleksi, dirinya juga tak segan menjual koleksinya, khususnya untuk beragam die-cast mobil lawas yang ada di Indonesia.

"Keuntungan dari hobi ini selain koleksi, bisa investasi juga, terutama kalau koleksinya termasuk rare item (barang langka), hasilnya bisa untuk membeli koleksi yang belum ada," beber Ade.

Ia bercerita, awal menjadikan hobi sebagai bisnis dimulai dari makin banyaknya orang yang minta dicarikan berbagai model mobil die-cast, setelah mereka tahu Ade kolektor mainan jenis ini. Setelah media sosial semakin beragam, Ade pun menggunakan akun jejaring sosial online, untuk memasarkan mainan yang dijualnya lewat akun Instagram @cumareplika.

"Kisaran harga yang dijual mulai dari puluhan ribu hingga jutaan, pembeli kebanyakan mencari jenis Land Rover," ujar Ade.

Hal yang sama juga dirasakan Firman yang mulai menjadikan hobinya sebagai bisnis pada 2011 secara online melalui www.mainanmiliter.com (pada 2011–2019). Mulai 2020 ini, ia berpindah alamat website menjadi www.mainanmiliter.net.

"Saya juga bisnis jual beli mainan ini sehingga bisa ada dana untuk membeli koleksi yang harganya lumayan mahal," ucap Firman.

Wawancara Audio

Salah satu bukti die-cast bisa jadi instrumen investasi, bisa dilihat dalam ajang Indonesia Diecast Expo (IDE). Acara yang mulai digelar pertama kali pada 2015 ini, bisa menghasilkan harga lelang tertinggi di gelaran 2019 kemarin.

Nilai lelang tertinggi datang dari die-cast hasil karya Brendon Vetuskey, Senior Designer Hot Wheels. Sebuah die-cast 1995 Chevy Bel Air Gasser dilelang dan dibeli dengan harga Rp56 juta. Lebih spesial lagi, die-cast ini 3D printed alias dibuat dengan proses cetak tiga dimensi.

Mobil yang didesain oleh Brendon Vetuskey, menjadi satu-satunya yang dibawa ke Indonesia, plus dibubuhi tanda tangan Brendon di mobilnya. Mobil die-cast ini juga dilengkapi dengan sertifikat yang ditandatangani oleh Ted Wu selaku Vice President Design dari Mattel Inc, produsen Hot Wheels.

Vetuskey kemudian membuat kejutan dengan mengeluarkan prototipe die-cast yang sama berwarna abu-abu. Ini adalah cikal bakal dari model die-cast tersebut. Untuk die-cast kedua ini, dilelang dengan penawaran tertinggi mencapai Rp48 juta.

img-1579622599.jpg

Ikut Untung
Sejatinya, dari menjalarnya hobi dan tren die-cast ini, bukan hanya kolektor die-cast dan action figure klasik yang bisa menangguk untung, para pedagang di pusat penjualan mainan Pasar Gembrong, Jatinegara, Jakarta Timur pun ikut kecipratan rezeki. Meski yang dijajakan terkadang bukan produk orisinal, permintaan akan die-cast tak pernah surut.

Selain anak-anak, orang dewasa juga memang terlihat banyak yang mendatangi lapak-lapak pedagang untuk berburu die-cast, entah untuk menambah koleksi atau untuk dijual kembali.

"Banyak orang dewasa yang suka mengoleksi datang ke sini mencari die-cast mobil dan action figure, meskipun KW alias barang tiruan tapi tidak kalah dengan yang aslinya, " kata pedagang Pasar Gembrong, M Nabil saat Validnews menyambangi dia di kiosnya, Jumat (17/1).

Dikatakannya, para pembeli pun tak hanya berasal dari wilayah Jakarta, tetapi adapula berasal dari luar kota dan provinsi seperti Sulawesi dan Kalimantan. Ia bercerita, model die-cast mobil yang banyak dipilih adalah yang berjenis sedan dan off-road. Sementara untuk action figure, tokoh super hero yang masih menjadi primadona adalah Hulk, Batman, Superman, Spiderman dan Superboy.

Soal harga, die-cast kendaraan dibanderol mulai dari Rp60.000 per item. Sementara, action figure dihargai dengan kisaran Rp100 ribu sampai Rp300 ribu per item. Produk-produk tersebut kebanyakan diimpor dari China. Hanya sedikit yang diproduksi di dalam negeri.

"Rata-rata harga produk Indonesia mulai kisaran dibawah Rp100 ribu," tuturnya.

Hanya saja, kata Nabil, pembeli lebih banyak memilih produk Negeri Panda ketimbang buatan dalam negeri, meski dengan kualitas yang lebih bagus dan harga yang lebih murah. Hanya saja, produk buatan China memang terlihat lebih menarik karena kemasan luarnya yang terlihat lebih apik.

"Pembeli yang mengerti barang lebih memilih produk Indonesia," tambah Nabil mengaku rata-rata dapat menjual die-cast kendaraan maupun action figure, sebanyak 24 item per bulan.

img-1579622649.jpg

Pedagang mainan lainnya, Nilam mengatakan, di tempatnya kebanyakan die-cast kendaraan dan action figure diminati anak-anak, meski tak jarang juga pembeli dewasa datang untuk melengkapi koleksinya.

"Orang dewasa ada juga yang beli, tapi tak sebanyak pembeli anak-anak," ucap Nilam.

Produk mainan klasik yang dijual di tempat Nilam, hanya terbatas pada barang impor dari Tiongkok. Kisaran harga die-cast mobil ini mulai dari Rp100 ribu–Rp250 ribu. Sementara, harga untuk action figure dimulai dari Rp180 ribu.

"Pembeli dewasa banyak yang membeli mobil off-road dan tokoh Hulk," jelasnya.

Asosiasi Pengusaha Mainan Indonesia (APMI) sendiri mencatat, dari seluruh anggotanya yang merupakan produsen atau manufaktur mainan yang menghasilkan mainan kayu, ride on (plastik), balon, boneka kain, boneka plastik, mainan plastik, sepeda roda tiga, pakaian bayi dan perlengkapan bayi, hanya satu produsen yang memiliki lisensi karakter mainan die-cast kendaraan dan action figure klasik. Data yang tertera di website resmi APMI, www.indonesiatoys.org, sampai saat ini anggota asosiasi ini mencapai 38 manufaktur mainan.

"Jadi yang terasa imbasnya dari banyaknya kolektor mainan klasik, hanya satu pabrik mainan plastik yang memiliki lisensi karakter tersebut. Jika dilihat dari anggota kami kemungkinan Mattel yang mengalami peningkatan," ujar perwakilan dari APMI Winata Riangsaputra, Jumat (17/1).

Winata pun memperkirakan, pangsa pasar mainan klasik di Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan mainan modern. “Dari pengalaman kami, produksi mainan klasik biasanya hanya untuk para kolektor sehingga berimbas pada tingkat penjualan. Untuk mainan nonklasik masih mendominasi 90% pangsa pasar," imbuhnya.

Produk mainan klasik yang mendominasi pasar mainan Tanah Air sendiri, masih dipegang oleh China. Permintaan mainan klasik menurutnya, mulai tren kembali sejak dua tahun belakangan ini.

"Hal itu karena banyaknya film yang berhubungan dengan karakter klasik, diputar di bioskop dalam versi terbaru," tandasnya. (Yatni Setyaningsih)

Sumber :

https://www.validnews.id/Diecast--Hobi--Koleksi-dan-Investasi-gZl?fbclid=IwAR0ZEauAKu11IZUSab7_9_fIBFbWGLU3AqEm2ktlmPBxVYp65JVTQxV2ehc



 
 




  Komentar

Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar